Jurus Gagal Suatu Coaching?
Ada 5 jurus yang membuat suatu proses coaching gagal, terutama dari sudut pandang coach dalam karir / kantor :
1. Ketika melakukan proses coaching di tempat kerja, seorang coach terlalu banya bicara dibandingkan mendengarkan. Ada yang menyebut ini sebagai Blank Spot.
Sejatinya adalah bahwa seorang coach akan lebih banyak bertanya dan mendengar, agar dapat mengeluarkan sumber daya terbaik dari coachee.
Tetapi proses coaching yang kurang tepat, biasanya dilakukan oleh pemiliki bisnis atau atasannya, akan cenderung menghakimi atau lebih banyak bersifat instruksi. Ini memang tidak mudah, sehingga memang idealnya proses coaching bisa dilakukan cross structure, atau menggunakan coach external untuk menjaga netralitas fungsi coach.
2. Seorang coach banyak memberikan solusi dan nasehat. Dalam sebuah sesi coaching, seorang coach diharapkan dapat memberikan umpan kesadaran (Evoking Awareness) dan membantu coachee mendapatkan insight dari suatu problem ataupun tujuan yang diinginkan oleh coachee, sehingga dia akhirnya mampu menemukan sendiri solusi terbaiknya, sehingga memiliki komitmen tinggi untuk take action.
Memang di level tertentu coach perlu membaca dan explorasi skill dan pengetahun untuk menjalankan solusinya. Selanjutnya proses coaching bisa di perkaya dengan pelatihan, training, workshop ataupun proses mentoring diluar sesi coaching yang dilakukan.
3. Coaching dilakukan kepada orang yang sedang bermasalah. Atau di beberapa organisasi, kalau diberikan coaching artinya sedang "di hukum". Tentu ini berbeda dengan konsep coaching secara mendasar yang menggunakan coaching sebagai sarana untuk meningkatkan performance individu maupun tim.
Sebaiknya jika memerlukan proses perbaikan dari individu yang bermasalah, menggunakan pendekatan konseling ataupun mentoring.
Ini akan membuat proses coaching menjadi bagian dari proses awarding dan ditunggu-tunggu oleh tim.
4. Dalam mendesain suatu program coaching di institusi jangan sekedar ikut ikutan saja. Jika melakukan coaching tanpa ada tujuan / goal yang jelas, bisa jadi prosesnya hanya menjadi tempat curhat atau ngobrol-ngobrol yang tidak berujung.
Coaching adalah bagian terintegrasi dengan pengembangan organisasi, bagaimana mencapai tujuan bersama, menyusun langkah, sampai bagaimana mengelola individu baik secara motivasi, process, dan evaluasi yang memberdayakan (refleksi diri)
5. Coaching di lakukan untuk nampak keren saja. Proses edukasi pada orang dewasa berbeda dengan edukasi dengan anak-anak. Kita harus memperkaya dengan berbagai pengetahuan dan skill baru yang mungkin selama ini diabaikan. Selama ini bisa jadi hanya memberikan pengetahuan teknis saja.
Sedangkan dalam coaching, prosesnya akan lebih humanis dengan meyakini bahwa setiap individu adalah manusia yang mampu menjalankan misi nya. Telah memiliki pengetahuan yang cukup. Coaching lebih meningkatkan kesadaran diri. Bagaimana mengelola diri menjadi pribadi yang lebih baik.
Beberapa skill yang bisa diexplorasi adalah mindfulness, membangun kebiasaan diri (habit), mengelola penundaan, problem solving, skill mendengarkan, team work, dan social skill lainnya.
Tentu dengan mengenali beberapa hal diatas, proses coaching akan mampu berdampak dan tidak terkesan hanya buang-buang waktu dan biaya saja.
So terakhir,
baik kamu seorang coach
ataupun kamu seorang coachee
"Jadikan kegagalan itu sebagai energi yang memotivasi 🔥"
Just never stop!
Explorasi pengalaman tahun ini dengan jurnal keren ini.
Gabung dalam percakapan