Financial Freedom iku opo?

Kita sering bahas tentang uang, tentang kaya, richlife, FIRE, Financial Freedom.

Sebenarnya apa sih semua itu?

Bagaimana journey-nya?

Bagaimana tahap-tahapnya?




Sama seperti belajar di sekolah.

Ketika balita kita belajar dan sehari-hari di TK 

Ketika anak-anak kita mulai belajar di SD

Lalu masuk di SMP, kemudian di SMA.

.

Tentu tidak semua orang bisa masuk SMP

Tidak semua orang melanjutkan ke SMA

Tidak semua orang juga mengambil kuliah S1

Bahkan mau, bisa, mampu ke S2, S3 dan sebagainya....

.

Bisa jadi di dunia personal finance juga sama.

Ada tahap-tahapnya.

1. Clarity : di awal harus mengenal posisinya di mana. Berapa kebutuhan hidupnya. Jelas dan kongkrit angkanya. Bahkan rencana hidup paling tidak 1 tahun kedepan.

2. Self suffiency : mampu memenuhi kebutuhan kebutuhan dasar hidup (sandang, pangan, papan) dari bekerja (bisa full time, bisa part time, atau bisa juga dengan bekerja mandiri / bisnis) 

Fase ini adalah fase kritis ketika seseorang sudah lagi tidak bergantung ke orang tua atau orang yang membiayai hidupnya.

Perlu kesadaran untuk cek clarity-nya sehingga tidak terjebak pada hutang, pinjol, atau gaya hidup.

.

3. Breathing room : penghasilannya sudah lebih besar dari kebutuhan dasar hidup dan mulai dapat memenuhi keinginan hidup (memiliki hp, akses internet, atau apapun kebutuhan sekunder lainnya)

* awas bahaya jebakan disini. Biasanya semakin besar penghasilan, semakin besar pula pengeluaran. Bahkan membeli barang konsumtif dengan hutang.

.

4. Stability : di fase ini sudah memiliki dana darurat dan tidak memiliki hutang konsumtif lagi. Bahkan mungkin sudah bisa menabung dan sedikit berinvestasi.

5. Flexibility : disini mulai perlu belajar mengelola uang sisa yang ada untuk menghasilkan sumber income lainnya. Mulai membeli asset, sukuk, property, saham, emas, bisnis. Sebagai ukuran sederhana, sudah memiliki tabungan untuk hidup 1 tahun tanpa bekerja sekalipun.

Jadi misalkan kebutuhan dasar hidupnya 5 juta per bulan, sudah ada dana dingin 5x12 = 60 juta di tabungan.

Sampai di fase ini perlu mulai mengenal asset dan resikonya.

Karena investasi ataupun pembelian asset itu juga selalu ada resiko kerugian. 

Misal :

deposito : potensinya 5% resikonya kecil (ditanggung pemerintah sampai 2M)

sukuk : potensinya 7% resikonya lebih tinggi

property : potensi bisa 0 - 10x lipat, resikonya tinggi : sulit dijual, tidak liquid, aspek legal

bisnis : potensi bisa 0 - 10x, resikonya barang / jasa tidak terjual, perlu ilmu dan skill, dll

.

Fase ini bisa jadi juga sangat penjang dan menantang. Sehingga perlu sekali untuk mengenali nilai tambah dan faktor kali. Perlu mengenali apa kekuatan diri, passion, unfair advantage, dan mengoptimalkan sumber daya agar dapat melipatgandakan uang.

Misal network, sumber pendanaan, skill special, legal dan sebagainya

.

6. Financial Independence : sehingga ketika asset yang tadi dikumpulkan, bisa menutupi biaya untuk kebutuhan hidup dan keinginan hidup. Bahkan kenaikan assetnya juga sudah bisa mengalahkan inflasi.

Disinilah semakin perlu skill untuk melindungi harta (keamaan, resiko, pajak, hukum)

.

7. Abundant wealth : di level ini sudah tidak lagi fokus pada mencari atau menggandakan uang, tapi bagaimana bisa berfokus pada bagaimana menggunakan uang untuk manfaat.

Memang fase ini tidak semua orang akan menemui di tahap ini.

Bisa saja masih di level -3 (breathing room) ini kita sudah mulai mengalokasikan untuk zakat (wajib), sedekah dan berbagi. Dan itu tentu sangat baik dan bermanfaat juga untuk diri kita sendiri untuk bisa naik ke level-level berikutnya.

Tentu masih banyak yang bisa kita diskusikan tentang hal ini.

Silahkan tinggalkan masukan dan pendapat kamu di komentar.

.

semoga bermanfaat.

Simple man, High Attitude